Jamaah Haji Indonesia kembali terlantar, tahun lalu masalah konsumsi yang terlambat datang,
tahun ini masalah transportasi di tanah suci. salah siapakah ini? pemerintah saudi, departemen agama atau sang jamaah sendiri?
sebenarnya tujuanku bukan mencari siapa yang salah dan yang benar ketika kutuliskan celotehku ini.
mari kita kaji kisah seorang sahabat tentang haji berikut:
alkisah ada sekelompok orang yang selesai menunaikan ibadah haji menghadap Rosulallah Muhammad.
"Yaa Rosul siapakah diantara kami yang paling mabrur ibadah hajinya?" tanya seorang dari kelompok tersebut
"Kalian ingin tahu ciri orang yang hajinya mabrur dan diterima Allah?" jawab Rosul.
"Ya benar, tunjukan pada kami yaa HabibAllah!" jawab mereka serentak.
"Kunjungilah Fulan bin fulan, beliau adalah salah satu orang yang Ibadah hajinya diterima Allah" Rosul menjabarkan.
Akhirnya mereka semua bergegas menuju alamat fulan bin fulan yang telah ditunjukan Rosulallah, mereka ingin mengetahui bagaimana orang yang mabrur hajinya
dalam menjalankan rukun haji, samakah dengan rukun haji yang telah mereka laksanakan?
Singkat cerita sampailah sekelompok orang tersebut dirumah sang fulan, mereka bertamu dan terjadilah percakapan diantara mereka.
"Benarkah engkau Fulan bin fulan?" tanya salah satu anggota kelompok tersebut.
"Benar". Jawab sang Fulan singkat.
"Bagaimana ibadah hajimu wahai fulan?" tanya dia lagi.
"Ya, sebenarnya sejak dulu saya ingin sekali ziarah ke baitullah" sang Fulan mulai bercerita.
"Tiap hari saya bekerja keras dan menyisihkan sebagian uang untuk biaya haji ke baitullah."
"Alhamdulillah tahun ini uang tabungan kami cukup untuk biaya perjalanan haji saya dan istri saya"
"tapi menjelang hari pemberangkatan ke baitullah, tetangga kami yang miskin sakit parah dan membutuhkan biaya untuk berobat"
"saya dan istri saya sepakat untuk menyerahkan uang tabungan kami yang sedianya untuk ibadah haji ke tetangga kami tersebut"
Subhanallah, betapa mulianya hati Fulan bin fulan, pantas saja Rosulallah menyebutkan bahwa haji sang Fulan mabrur dan diterima Allah
meskipun tidak semua rukun haji beliau kerjakan.
Wahai jamaah haji dan Calon Jamaah haji, mengapa engkau tidak mencontoh sang Fulan?
Bukankah Allah tujuanmu berhaji dan menginginkan haji yang mabrur?
Lihatlah sekitar bapak dan ibu sekalian..!!
masih banyak saudara kita yang miskin, bahkan ada yang busung lapar.
Engkau yang oleh Allah telah diberi kelebihan rezeki, mengapa tidak berbagi?
Kau belanjakan jutaan rupiah tuk menuju mekkah
bukankah lebih baik engkau bersedekah?!
Membantu mereka yang lemah!
Harus kita akui banyak saudara kita oknum Jamaah haji yang hanya mengharapkan titel Haji,
dipanggil bapak atau ibu haji, sementara tetangga kelaparan dia tidak peduli. Naudzubillah..
Kenyataannya, kita sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar sedunia, pengirim jamaah haji yang terbesar pula,
daftar haji tahun ini belum tentu tahun depan berangkat haji, karena banyaknya antrian orang yang mendaftar berangkat haji.
mereka rela mengeluarkan puluhan juta hanya sebuah predikat haji.
tapi disini pula masih ada busung lapar, ada bapak yang membunuh keluarganya karena merasa tidak mampu menafkahi,
ada ibu yang membunuh bayinya karena tidak bisa membeli susu.
maka dari itu sebaiknya bapak dan ibu menunda haji, salurkan dana yang bapak punya untuk membantu mereka yang papa,
sampai tak kudengar lagi berita busung lapar di Indonesia, Allah menelantarkan jamaah seakan menolak kedatangan jamaah haji kita,
Allah lebih senang jika bapak dan ibu sekalian membantu sesama,
Allah tidak akan pensiun jadi Tuhan jika bapak dan ibu menunda haji demi sesama,
Allah tidak akan marah jika kita sedekah
tapi jika bapak ibu memaksa
tetangga kelaparan bapak ibu berangkat haji juga
lihatlah apa yang terjadi
tahun lalu masalah konsumsi
tahun ini transportasi
entah tahun depan apa lagi
Mari kita buktikan bahwa Islam itu sosialis, hingga tak perlu lagi ada komunis..
Wallahu'alam bisshowab...
Senin, 01 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar